Sejarah biologi
Pohon kehidupan Ernst
Haeckel (1879).
Istilah biologi berasal dari kata dalam bahasa
Yunani βίος, bios, yang berarti "kehidupan",
dan akhiran -λογία, -logia, yang artinya
"ilmu."[3][4] Bentuk Latin dari kata tersebut (biologi)
pertama kali digunakan oleh Linnaeus (Carl von Linné) dalam karyanya yang
berjudul Bibliotheca botanica pada tahun 1736. Kata tersebut dipakai
lagi pada tahun 1766 oleh Michael Christoph
Hanov dalam tulisannya yang
berjudul Philosophiae
naturalis sive physicae: tomus III, continens geologian, biologian, phytologian
generalis. Terjemahan bahasa
Jermannya, yaitu Biologie,
pertama kali muncul dalam terjemahan karya Linnaeus pada tahun 1771. Pada tahun
1797, Theodor Georg August Roose menggunakan istilah tersebut dalam pendahulu
bukunya yang bertajuk Grundzüge
der Lehre van der Lebenskraft. Karl Friedrich Burdach pada tahun 1800 memakai istilah ini
dalam arti yang lebih sempit, yaitu penelitian manusia dari sudut pandang
morfologis, fisiologis, dan psikologis (Propädeutik zum Studien der
gesammten Heilkunst). Istilah biologi dalam pengertian modern baru muncul
dalam buku Biologie, oder
Philosophie der lebenden Natur (1802–22)
yang ditulis oleh Gottfried
Reinhold Treviranus. Di dalam buku tersebut tertulis:[5]
“
|
Objek penelitian kami adalah
berbagai macam bentuk dan perwujudan kehidupan, keadaan dan hukum yang
mengatur fenomena tersebut, serta penyebabnya. Ilmu yang terkait dengan objek
tersebut kami sebut biologi [Biologie] atau doktrin kehidupan [Lebenslehre].
|
”
|
Aristoteles, salah satu tokoh yang paling berjasa dalam
mengembangkan ilmu biologi.
Walaupun biologi modern merupakan
perkembangan yang relatif baru, ilmu yang terkait sudah dipelajari dari masa
lampau. Filsafat
alam dapat ditemui di
peradaban Mesopotamia, Mesir, India, dan Cina.
Namun, asal usul dan pendekatan biologi modern berasal dari masa Yunani Kuno.[6] Walaupun penelitian kedokteran dapat ditilik ke masa Hippocrates (ca. 460 SM – ca. 370 SM), Aristoteles (384 SM – 322 SM) adalah tokoh yang
paling berjasa dalam mengembangkan biologi. Salah satu karya terpentingnya
adalah Historia Animalium dan beberapa karya lain yang
menunjukkan cara pandang seorang peneliti alam, serta karya-karya empirisnya
yang mencoba mempelajari sebab-akibat biologis dan keanekaragaman hayati.
Penerus Aristoteles di Lyceum, yaitu Theophrastus,
menulis buku-buku tentang botani yang berpengaruh hingga ke Abad
Pertengahan.
Ilmuwan Islam abad pertengahan yang
mempelajari biologi meliputi al-Jahiz (781–869), Ad-Dinawari (828–896), yang menulis tentang botani,[7] dan ar-Razi (865–925), yang menulis tentang anatomi dan fisiologi. Kedokteran dipelajari berdasarkan tradisi filsuf
Yunani, sementara ilmu alam sangat dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles,
terutama perihal hierarki kehidupan.
Biologi mulai berkembang pesat setelah Antony van Leeuwenhoek memperbaiki mikroskopnya.
Berkatnya, spermatozoa, bakteri, infusoria,
dan berbagai macam kehidupan mikroskopik lain berhasil ditemukan. Penyelidikan
yang dilakukan oleh Jan Swammerdam membangkitkan ketertarikan terhadap
bidang entomologi dan membantu mengembangkan teknik pembedahan dan pewarnaan (staining) mikroskopik.[8]
Kemajuan mikroskop juga sangat memengaruhi pemikiran
tentang biologi. Pada awal abad ke-19, sejumlah ahli biologi mulai menyadari
pentingnya konsep sel.
Kemudian, pada tahun 1838, Schleiden dan Schwannmulai
menganjurkan gagasan (yang kini diterima secara luas) bahwa (1) satuan dasar
organisme adalah sel dan (2) masing-masing sel memiliki karakteristik kehidupan,
walaupun mereka menentang gagasan bahwa (3) semua sel berasal dari pembagian
sel lain. Akan tetapi, berkat karya Robert
Remak dan Rudolf
Virchow, pada tahun 1860-an sebagian besar ahli biologi menerima ketiga hal
tersebut yang kini disebut teori sel.[9]
Sementara itu, taksonomi dan klasifikasi
menjadi pusat perhatian sejarawan alam. Carl
Linnaeus menerbitkan taksonomi dasar
pada tahun 1735 (berbagai macam variasi telah digunakan semenjak itu), dan pada
tahun 1750-an memperkenalkan nama ilmiah untuk
spesies.[10] Georges-Louis Leclerc, Comte de
Buffon, menganggap spesies sebagai kategori buatan dan menyatakan bahwa
kehidupan dapat berubah—bahkan mengusulkan kemungkinan adanya nenek moyang bersama. Walaupun menentang teori
evolusi, Buffon merupakan tokoh penting dalam sejarah pemikiran evolusi; karyanya
memengaruhi teori evolusi Lamarck dan Darwin.[11]
Struktur molekul ADN.
Pemikiran evolusioner dapat ditilik
kembali ke karya Jean-Baptiste Lamarck.[12] Ia menyatakan bahwa evolusi merupakan
hasil dari tekanan lingkungan terhadap properti suatu hewan, yang berarti
semakin sering suatu organ digunakan, semakin kompleks dan efisien organ itu,
sehingga membuat hewan teradaptasi dengan lingkungan. Lamarck juga meyakini
bahwa sifat yang didapat ini dapat diturunkan ke generasi berikutnya, yang akan
terus mengembangkan dan menyempurnakannya.[13] Namun, hipotesis ini kini ditolak, dan
baru pada akhir abad ke-19 Charles
Darwin berhasil merumuskan
teori evolusi berdasarkan seleksi
alam dengan menggabungkan
pendekatan biogeografis Humboldt, geologi Lyell,
tulisan Malthus tentang pertumbuhan populasi, dan
keahlian morfologis serta pengamatannya sendiri di alam; penalaran dan bukti
yang mirip juga membuat Alfred Russel Wallace mencapai kesimpulan yang sama.[14] Meskipun banyak ditentang oleh agamawan,
teori Darwin diterima oleh komunitas ilmiah dan segera menjadi aksioma dasar dalam ilmu biologi.
Pada tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an,
penelitian berhasil membuktikan bahwa asam deoksiribonukleat (ADN) merupakan komponen kromosom yang mengandung satuan pewarisan yang
kini disebut gen. Pemusatan perhatian
pada model organisme baru seperti virus dan bakteri serta penemuan struktur untai ganda
ADN pada tahun 1953 menandai jalannya peralihan ke masa genetika molekuler. Kode
genetik berhasil dipecahkan
oleh Har Gobind Khorana, Robert
W. Holley dan Marshall Warren Nirenberg setelah memahami bahwa ADN mengandung kodon. Akhirnya, Proyek Genom Manusia diluncurkan pada tahun 1990 dengan
tujuan untuk memetakan semua genom manusia DNA. Proyek ini selesai pada tahun
2003,[15] dan merupakan langkah pertama dalam
menggabungkan pengetahuan biologi dengan definisi tubuh manusia dan organisme
lain secara fungsional dan molekuler.
Sejarah biologi
Reviewed by Kusnadi
on
6:02 AM
Rating:
No comments: